Sumber: en.wikipedia.org
Pak
Bernard adalah pengusaha sukses yang menjual besi konstruksi. Cara hidupnya mewah. Dalam berbagai diskusi
ia sering mengutarakan betapa ia tidak akan berbisnis skala kecil.
Istrinya
ahli membuat makanan khas Palembang. Namun keahliannya itu hanyalah dijadikan
sebagai hobi. Dia membuatnya hanya untuk dimakan oleh anggota keluarga.
Pada
sebuah acara keluarga, Pak Bernard bertemu dengan adik ipar yang jarang
berkumpul. Sebutlah namanya Sabar.
Mereka
berbincang-bincang tanpa tujuan. Namun akhirnya Pak Sabar mencurahkan isi
hatinya. Ternyata dia sedang mengalami masalah ekonomi. Dia meminta saran Pak
Bernard agar penghasilannya bertambah.
Pak
Bernard menyarankan agar Pak Sabar menjual makanan khas Palembang saja. “ Kamu bisa
belajar sama kakakmu cara membuatnya”, jelasnya.
Pak
Sabar mengikuti saran dari Pak Bernard. Ia juga mendapatkan pinjam modal dari kakak
ipranya itu untuk membeli gerobak. Dia berencana akan menjual makanan khas
Palembang di pinggir jalan.
Meksipun
pada awalnya mengalami masa-masa sulit namun perlahan tapi pasti, keuntungan
dari bisnis kaki lima tersebut mulai dapat memenuhi kebutuhan hidup Pak Sabar
dan keluarga. Bahkan lama kelamaan langganannya semakin banyak. Jualannya
semakin hari semakin laris. Hutangnya kepada Pak Bernard sudah terbayar.
Dia
menyisihkan sebagian keuntungan. Setelah beberapa tahun berjualan di jalan,
tabungannya digunakan untuk uang muka ketika membeli ruko. Sisanya dibayar
secara mencicil setiap bulan. Pak Sabar
sekarang memiliki restoran yang cukup ramai dikunjungi orang.
Namun
sebuah kejadian tak terduga menimpa keluarga Pak Bernard. Bisnisnya bangkrut.
Berawal dari kesalahannya membeli sebuah pabrik tua besi-besinya akan dia jual.
Namun
tak terduga harga besi semakin rendah. Seluruh uangnya telah habis digunakan
membeli parbik tersebut. Akhirnya usaha Pak Bernard gulung tikar.
Alhasil
pendapatan bulanan tersendat. Dengan terpaksa demi memenuhi kebutuhan rumah
tangga Istri Pak Bernard pun terpaksa banting tulang. Ia memilih bekerja di ruko adiknya, Pak Sabar,
yang dulu ia ajari memasak.
Roda
kehidupan terus berputar. Jalan hidup manusia tidaklah statis. Ada saatnya
berada di bawah dan ada saatnya berada di atas. Semuanya tergantung pada diri
untuk merubahnya menjadi sukses dan memelihara yang sudah sukses agar tetap
begitu selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar