Menjaga Mutu Makanan


Photo: Kwetiau Goreng 
Di dalam tumisan seafood kangkung terlihat lembaran mengkilat berwarna hijau. Sekilas seperti jenis rumput-rumputan. Namun ketika ditarik, sangat elastis dan sulit putus. Apakah ini tali rafia, yang biasanya digunakan untuk mengikat kangkung? Timbul rasa heran  mengapa ada benda seperti ini didalamnya.

Ketika tali tersebut diperlihatkan pada pemilik restoran seafood ternama, pihak manajemen menjelaskan bahwa lembaran panjang itu adalah sejenis rumput, bukan tali rafia seperti dugaan semula. Penyataan tersebut semakin membuat heran. Jika rumput, mengapa tidak berubah layu dan tidak mudah hancur meskipun telah dimasak? Lembaran itu tetap elastis dan mengkilat. Apakah mereka berbohong? Entahlah.

Namun untuk menutupi keheranan kostumer, pihak manajemen segera menanyakan lebih lanjut bahwa apakah tumisan seafood kangkung tersebut ingin diganti dengan yang baru dan tentunya gratis? Pertanyaan ini semakin menambah kerutan di dahi. Ada kemungkinan tawaran ini sebagai salah satu cara meminta maaf atas kecerobohan yang sudah dilakukan. Mereka tidak mengakui secara langsung adanya tali rafia dalam tumisan. Namun apakah semudah itu menutup kasus yang sebenarnya membahayakan kesehatan kita, hanya dengan mengganti masakan yang sejenis?

Bayangkanlah jika tali rafia tersebut terlanjur dimakan. Ia tidak hancur di lambung dan bentuk tetap sama ketika menuju usus halus. Apakah tali akan selamat sampai usus besar? Jika beruntung, dia akan keluar bersamaan dengan keluarnya feses. Namun, apa yang terjadi jika tali tersebut tersesat di usus halus atau menempel di dinding usus? Resiko yang sangat besar dapat terjadi. Perlu operasi usus untuk mengeluarkannya.

Jika saja restoran yang selalu ramai pengunjung itu melaksanakan apa yang sudah menjadi ketentuan dalam melakukan setiap proses memasak juga melakukan pengawasan lebih banyak, kesalahan tersebut tidak akan terjadi.

Kejadian tersebut mengurangi rasa percaya konsumen pada hasil masakan yang dijual, karena tali rafia berbahaya bagi kesehatan usus. Selain itu konsumen bisa saja tidak pernah datang lagi karena ada rasa khawatir kejadian akan terulang lagi. Hal ini tentu saja merugikan usaha yang sedang berjalan.

Peristiwa tersebut diatas mengingatkan konsumen bahwa setiap makan, apalagi makan di luar rumah harus ekstra hati-hati. Tidak selamanya restoran ternama, yang sudah memiliki standar mutu makanan menyediakan makanan yang 100% aman bagi tubuh dan kesehatan. Terkadang kecerobohan bisa saja terjadi. Karena yang melakukan proses membuat makanan adalah manusia. Ketrampilan manusia tidak bisa disamakan dengan mesin cetak. Meskipun mereka ahli di bidangnya, ada saat-saat tertentu terjadi kesalahan baik disengaja maupun tidak.

Bagi Anda sebagai calon pengusaha yang bergerak di bidang makanan, adalah sangat penting untuk memberikan kepercayaan bahwa makanan yang dijual aman bagi tubuh dan kesehatan konsumen.  Jika mereka percaya, artinya Anda sudah berhasil menjaga mutu makanan tetap dalam keadaaan layak makan.

Kepercayaan tersebut didapat bukan melalui kata-kata dan janji palsu, namun dapat dilihat langsung oleh konsumen dari segi penampilan fisik yaitu ukuran, bentuk, warna dan aroma sesuai dengan kesegarannya. Kepercayaan lebih lanjut didapat ketika konsumen mencoba rasa, tidak ada rasa aneh seperti pahit, asam, dan lain-lain yang berbeda dari biasanya. Ini berarti makanan tersebut aman dari mikroba dan unsur kimia yang berbahaya.

Menurut Undang-undang Keamanan Pangan 1990, ada dua faktor yang harus ditempuh agar mutu makanan yang anda jual tetap dalam keadaan baik yaitu dengan menjaga mutu bahan baku dan kebersihan lingkungan tempat Anda mengolah makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar